Dalam mobil sederhana

Aku duduk dalam sebuah mobil sederhana.
Bersandar pada sebuah kursi sambil mengamat dibalik kaca.
Beberapa ruas jalan terlihat begitu penuh dan sesak.
Rasanya Debu dan polusi nampak terlihat  sudah biasa.
Ribuan kendaraan pun keluar dengan berbagai macam hiasannya.

Aku duduk dalam sebuah mobil sederhana.
Mencoba melihat orang-orang dari segala arah.
Ada yang Nampak letih, lesuh dan resah.
Adapula yang Nampak bahagia, senang dan merona.
Ada juga yang tiba-tiba jatuh tanpa sebab.

Aku duduk dalam sebuah mobil sederhana.
Ternyata kehidupan manusia terlihat begitu nyata.
Terlihat seorang anak kecil mencoba menyebrangi jalanan.
Suara alunan klakson dapat mengalahkan rasa takutnya.
Ia mengangkat tangannya hingga ia tiba di seberang sana.

Aku duduk dalam sebuah mobil sederhana.
Kini aku berhenti pada sebuah lampu merah.
Nampak penjual Koran tengah berusaha menawarkan korannya.
Berharap dapat terjual dari kedermawanan sang kaya raya.
Berusaha agar dapat menghidupi keluarga sederhana dirumahnya.

Aku duduk dalam sebuah mobil sederhana.
Seorang anak Nampak asyik memainkan gitanya.
Suaranya pun terdengar sumbang tapi menyejukkan.
Mengais rezeki dengan menjadi musisi jalanan.
Bajunya pun Nampak usang dan penuh dengan tambal jahitan

Aku duduk dalam sebuah mobil sederhana.
Seorang pengemis berusaha mengetuk sebuah kaca.
Kaca mobil yang ditutup rapat-rapat dari sang peminta.
Kelihatan menyedihkan tapi dirinya nampak terlihat masih kuat.
Tak rela memberinya kerena seharusnya ia bekerja.

Aku duduk dalam sebuah mobil sederhana.
Ternyata hidup sungguh penuh dengan beragam warna.
Padahal aku baru mengamati dibalik sebuah jendela kaca.
Aku hanya bisa berdo’a agar tidak pernah tersesat pada sebuah jalan.
Jalan yang mengarah pada sebuah kesesatan yang nyata.

Aku duduk dalam sebuah mobil sederhana.
Ternyata hidup memang adalah  sebuah perjalanan.
Perjalanan singkat yang akan sampai pada suatu tujuan.




0 komentar:



Posting Komentar